Seren Taun 22 Rayagung Saka Sunda, Cigugur-Kuningan

Akhirnya kami memiliki kesempatan juga untuk meliput keindahan Indonesia dari unsur budayanya, dimana kami dapat ikut ambil bagian dari Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung Saka Sunda yang bertempat di Cigugur-Kuningan Jawa Barat. Bagaimana manifestasi luapan syukur manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat dengan luar biasa menjadi sebuah budaya yang dapat dilestarikan secara turun menurun.

Seren Taun sendiri bukan merupakan upacara adat dari salah satu agama melainkan upacara Adat Sunda yang mencerminkan sikap religiusitas dari masyarakat adat Karuhun Sunda di Cigugur dalam menghayati kepercayaan akan keutuhan tunggalan Kemanunggalan serta keagungan Maha pencipta. (Pangeran Djatikusumah)

Upacara Seren Taun yang diselenggarakan oleh masyarakat Cigugur-Kuningan Jawa Barat, selalu dilaksanakan pada tanggal 22 bulan Rayagung dalam perhitungan Tahun Saka, Mengapa demikian karena bulan Rayagung tersebut merupakan bulan terakhir dari rangkaian 12 bulan, yaitu (1.) Muharam/Sura, (2.) Sapar, (3.) Mulud, (4.) Silih Mulud, (5.)Jumadil Awal, (6.) Jumadil Akhir, (7.) Rajab, (8.) Ruwah, (9.) Puasa, (10.) Syawal, (11.) Hapit, (12.) Rayagung. Sebagai bulan terakhir Rayagung juga mengandung makna merayakan keagungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Acara-acara yang terdapat didalam rangkaian Upacara Adat Seren taun yang dijalani satu minggu penuh, enam hari diawal berlangsung acara sebagai berikut:

1. Damar Sewu.
Merupakan sebuah pegelaran budaya yang mengawali rangkaian Upacara Adat Seren Taun Cigugur. Damar Sewu memiliki makna merupakan gambaran manusia dalam menjalani proses kehidupan, baik dalam sekala pribadi maupun dalam sekala sosial.

2. Pesta dadung dan Seribu kentongan.
Merupakan Upacara Adat yang sangat sakral yang dilaksanakan di Mayasih, yang pada jaman dahulu lebih sering dikenal dengan sebutan Situ Hyang, menurut legenda tempat tersebut dipercaya dapat menyempurnakan segala unsur sehingga keseimbangan antara unsur positif dan negatif di alam dapat tetap terjaga. Acara diawali dengan sukaria para penggembala dengan menggunakan dadung/tambang dari ijuk kemudian diakhiri dengan seribu kentongan, semua ini bermakna adanya kesinambungan dalam menjaga dan merawat alam dari generasi-kegenerasi.

3. Penanaman pohon.
Penanaman pohon merupakan salah satu bentuk kepedulian dan antisipasi juga merupakan manifestasi dari rasa syukur, mencintai, memelihara, dan menjaga apa yang sudah Maha pencipta berikan.

4. Nyiblung dan dayung buyung.
Nyiblung merupakan permainan musik air yang biasa dimainkan oleh masyarakat jaman dahulu ketika menunggu mengambil air minum di mata air. Dayung buyung bisa diartikan berenang  dengan menggunakan buyung sebagai pelampung, biasanya dilakukan oleh masyarakat ketika mandi di situ dekat mata air.

5. Heleran/pawai budaya.
Heleran atau pawai budaya yang dilakukan oleh masyarakat diikuti oleh para tokoh adat yang berasal dari berbagai pulau di Nusantara dengan menggunakan delman mengitari Kota Kuningan sebagai sarana sosialisasi event Seren Taun yang bernafaskan bineka tunggal ika.

6. Gondang.
Gondang merupakan panduan kawih sunda ibu-ibu masyarakat adat yang menampilkan keceriaan dan rasa syukur pada saat menumbuk padidengan alu dan lesung yang diiringi alunan musik tradisional.

7. Kidung Spiritual.
Kidung Spiritual antar iman menyadari bahwa keberagaman adalah kebesaran dan kehendak Sang Pencipta. Peserta Kidung Spiritual berasal dari berbagai daerah di Nusantara seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. Dengan latar belakang agama yang berbeda, bersama berdoa untuk kedamaian semesta alam.

8. Ngareremokeun.
Upacara ini merupakan bertemunya energi hidup dari Sang Hyang Asri Pwah Aci yang disimbolkan dalam kekuatan tumbuhnya pucuk pohon dan kesuburan di tanah. Upacara ini diiringi angklung buncis dari kanekes.

Acara puncak dari Upacara Adat Seren Taun ini berisi tarian dan prosesi adat yang berlangsung dalam waktu satu hari antara lain:

1. Tari Jamparing Apsaring.
Tarian ini memiliki makna "Jamparing" Jampe Kuring panah, manah hate, cakra titik pusaran yang bersinar dalam kehidupan, "Apsaring" Kusuma kembang atau silih mewangi yang berarti bahwa dalam mengkaji welas asih harus dengan kelembutan dan kasih sayang.


2. Angklung Kanekes.
Alat musik tradisional yang dibawakan oleh masyarakat adat Suku Baduy.


3. Angklung Buncis.
Alat musik tradisional yang dimainkan oleh 50 orang pemain, yang menggambarkan keceriaan masyarakat petani dalam menyambut hasil panen dan rasa syukur atas rezeki yang telah dilimpahkan dan berharap ditahun mendatang Tuhan akan memberikan berkahnya melalui hasil pertanian yang melimpah.


4. Tari Buyung.
Tari Buyung merupakan tarian khas masyarakat Cigugur-Kuningan Jawa Barat yang merupakan ciptaan ibu Emalia Djatikusumah. Merupakan persembahan para perempuan desa yang senantiasa mengingatkan kepada kita "Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung".



5. Ngajayak.
Prosesi ngajayak diikuti oleh rombongan dari 4 penjuru yang terdiri dari lulugu barisan muda mudi, bapak-bapak dan ibu-ibu yang membawa padi dan bueh beuti menuju tempat upacara.



6. Penumbukan padi.
Penumbukan padi dimulai dengan ketukan alu di lesung indung yang dilakukan oleh pupuhu adat sebanyak tujuh kali kemudian diikuti secara serempak oleh masyarakat secara bergiliran. Padi yang berjumlah 22 kwintal akan ditumbuk 20 kwintal dan 2 kwintal nantinya akan dijadikan bibit.


Sungguh pengalaman luar biasa yang bisa kami dapatkan, kami dapat menyaksikan suatu adat yang dapat lestari diturunkan dari generasi kegenerasi, dan merupakan suatu acara yang dapat membuat sebagian besar dari masyarakat cigugur mau rela datang dan berkunjung kembali ketanah kelahirannya dan menyempatkan untuk rehat sejenak dari pekerjaan rutinnya diluar kota. Dan juga ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi kami karena selain kami dapat melihat berbagai macam tarian dan juga ritual adat yang berlangsung kami memiliki kesempatan langka untuk dapat berfoto dengan penerus dari Paseban Tri Panca Tunggal (Gumirat Barna Alam dengan gelar Rama Anom) yang kelak beliaulah yang akan mengemban tugas yang sangat berat untuk tetap terus melestarikan adat ini kegenerasi selanjutnya, dan tidak tanggung-tanggung kami juga mengikuti perjamuan makan malam bersama beliau.


Sekilas info mengenai Paseban Tri Panca Tunggal, secara geografis Gedung Paseban Tri Panca Tunggal terletak di Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Didirikan pada tahun 1840 oleh Pangeran Sadewa Alibassa Kusuma Wijaya Ningrat yang berasal dari Kepangeranan Gebang Kinatar yang dibumi hanguskan oleh Belanda karena perlawanannya. Untuk melanjutkan perjuangan leluhurnya Pangeran Sadewa Alibassa Kusuma Wijaya Ningrat membangun padepokan yang dikenal dengan nama Paseban Tri Panca Tunggal sebagai tempat menanamkan kesadaran nasionalisme kepada masyarakat sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan melalui kegiatan kebudayaan. Dan pada tahun 1976 Gedung Paseban Tri Panca Tunggal ditetapkan sebagai Cagar Budaya Basional yang dilindungi. (Buku Komunitas Kuningan)


Bagi teman-teman yang ingin berkunjung untuk menyaksikan Upacara Adat Seren taun 22 Rayagung Saka Sunda di Cigugur-Kuninganteman-teman bisa menuju kesana dengan jalur:

1. Jika dari Bandung teman-teman bisa menggunakan jasa Andis Travel, nantinya teman-teman akan dijemput dirumah masing-masing dan akan diantar sampai ditujuan teman-teman, dengan harga Rp. 100.000 sekali jalan (harga bisa berubah-ubah setiap waktum jangan dijadikan patokan). atau jika teman-teman menggunakan mobil pribadi dapat mengikuti jalur sumedang melewati cadas pangeran atau jika bingung bisa melalui tol purbaleunyi kemudian lanjut melalui tol Cipali-Palimanan dan keluar di gerbang tol Ciperna Barat kemudian menuju jalan Raya Beber setelah bertemu dengan pertigaan yang terdapat Masjid besar belok kanan menuju jalan Cirendang dan nanti akan sampai didepan Gedung Paseban dimana ciri khasnya terdapatnya tuhu dengan tiang bendera diatasnya.

2. Jika dari Jakarta dengan mobil pribadi teman-teman bisa langsung menuju tol Cikampek dan lanjut  menuju tol Cipali-Palimanan dan keluar di gerbang tol Ciperna Barat kemudian menuju jalan Raya Beber setelah bertemu dengan pertigaan yang terdapat Masjid besar belok kanan menuju jalan Cirendang dan nanti akan sampai didepan Gedung Paseban dimana ciri khasnya terdapatnya tuhu dengan tiang bendera diatasnya.


Untuk masalah penginapan menurut kami lebih enak jika kita bisa tinggal dirumah warga yang dekat dengan Gedung Paseban, selain harganya murah kita juga bisa mendapatkan informasi mengenai keseluruhan Upacara Adat Seren taun ini.

Semoga Acara Adat ini dapat terus berlangsung sampai kegenerasi berikutnya dan tidak hilang ditelan kemajuan jaman, dan semoga masih banyak orang-orang yang mau terus mati-matian berjuang melestarikannya ditengan kemajuan jaman ini, jadi tunggu apa lagi kami tunggu kalian smeua di Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung Saka Sunda di tahun selanjutnya. Dan ingat selalu jaga kebersihan ya dimanapun kalian berada.

Berikut ini video penampakannya


 

 



Related Posts: